Senin, 10 Juni 2013

SongFiction / Andante



Sebuah karya fiktif teradaptasi dari salah satu lagu favorit saya. Andante -SJ-

Tittle     :  Andante
Author  : Zen Ikki ( www.facebook.com/zen.r.ikki )
General fiction/song fiction/

No matter how I try looking back on your memories
Those words I haven’t been able to escape
Till I reach the end of our separation
I turn around then turn around
Even the numerous feelings that have slowly built up
Even the numerous memories that have slowly filled in
Slowly I will forget them a bit more
Andante...

.
.
.
.
-          All of Sungmin POV  -
Aku tertidur di tempat ini, tengkurap diatas bantalan yang tidak terlalu nyaman jika dibandingkan dengan keadaanku. Melihat sekeliling yang berantakan, tidak ada satu pun barang yang tergeletak rapi. Aku melakukannya tanpa sadar.
Air mata seolah seperti darah yang keluar dari goresan luka yang begitu dalam, mengalir dan tidak bisa terhenti. Selalu terbendung dibawah pelupuk mata, menunggu sedikit gerakan atau sentuhan perasaan untuk segera menetes.
Akhirnya datang, rasanya panas menjulur ke semua anggota tubuh, menusuk hati dengan sekali hentakan.
Sakit. Rasanya sangat sakit sekali.
Aku melihat keluar jendela, langit sudah mulai gelap. Tidak ada bintang, seolah mereka mengerti perasaanku saat ini.
Kulihat awan berwarna abu-abu gelap disana, warna yang berbeda dengan langit itu sendiri. Bergerak begitu damai mengikuti pergumulan lainnya. Tidak begitu jelas, aku tidak bisa melihatnya begitu jelas, air mata ini meutupi pandanganku. Semuanya terasa kabur.

Angin semilir menerbangkan beberapa helai rambut coklatku, mengibarkan ujung gorden jendela di depanku, dan memindahkan beberapa robekan kertas foto yang telah berhasil kurobek menjadi beberapa bagian.
Foto itu, sudah tidak berbentuk. Sulit sekali untuk melihatnya menjadi utuh kembali.
perasaan sakit kembali muncul, seiring datangnya rintikan hujan yang menyentuh hidungku.
Tetes demi tetes, sedikit lebih merintik.

Gerimis, benar-benar gerimis. Memori itu kembali muncul, seperti slide-slide yang keluar dengan jelas di depan mataku. Gerimis terindah saat pertama kali aku bertemu denganmu.

Kau tersenyum, bibir yang begitu manis seperti mengeluarkan kekuatan sendiri untuk menarikku lebih mendekat. Rambut coklat berombak menutup leher, terbang terurai mengikuti arah angin yang menyemilir bersama rerumputan yang kau duduki.
Masih tersenyum tidak melepaskan sama sekali pandangmu, mata yang indah.
Aku mencoba sadar bahwa ini sama sekali bukan khayalanku di siang hari, aku sempat mengira bahwa kau adalah seorang bidadari yang turun, yang hanya akan ada di dalam mimpi.
Tapi kau tetap tersenyum padaku, begitu nyata, sangat jelas sekali.
Jantungku berdegup kencang, aku kehilangan kontrol atas diriku sendiri. Aku... jatuh cinta padamu.

Aku kembali ke tempat tidurku, membenamkan wajahku diantara bantal dan selimut yang tebal, berharap akan segera berakhir, atau waktu bisa kembali disaat aku belum bertemu denganmu. Aku hanya tidak ingin merasa sesakit ini lagi.

Mataku semakin panas, selimutku hangat karna airmataku sendiri. Tubuhku tidak berhenti berguncang menggerakan tempat tidurku.
Semuanya gelap...

Kau menutup mataku dari balik punggungku, tanganmu begitu hangat dan lembut sekaligus.
Kau begitu kesal karna aku mengetahuimu terlalu cepat dan itu membuatmu sedikit marah, lucu sekali saat kau memajukan kedua bibirmu sambil menunjukan aura protes. Aku hanya tersenyum dengan apa yang semuanya kau lakukan, bagiku tak ada yang buruk sedikitpun dari dirimu. Kau terlalu sempurna.

Aku memlukmu begitu erat, berharap bahwa kau tidak akan meninggalkanku, meninggalkan semua apa yang telah menjadi cerita kita berdua.
Tetapi tidak, kau memiliki fikiran tersendiri tentangmu. Tidak tau apa yang kau rasakan saat itu.
Kau menangis, mengucapkan kata perpisahan yang sangat membuatku terpukul. Berjalan menjauh dan semakin menjauh, hingga tidak terlihat lagi oleh jarak pandangku.

Aku tersentak, bayangan wajahmu begitu jelas sekalipun hanya muncul di mimpiku. Tidak bisa terhapuskan, semuanya sudah begitu nyata.
Sakit ini masih terasa di ujung-ujung syaraf yang terhubung langsung dengan hatiku, kembali menangisi apa yang telah terjadi di antar kita. Aku sungguh tidak ingin berakhir seperti ini.

Kupendam kembali wajahku diantara bantalan-bantalan yang membasah, kali ini lebih basah daripada sebelumnya.
Rasa gelap kembali memenuhi pandanganku.

Aku berada di dalam terowongan gelap tak berujung, yang secara bertahap menembus ke dalam mimpiku. Hanya ada dua arah, jalan lurus yang artinya aku harus benar-benar meninggalkanmu dan menganggapmu sebagai kenangan yang manis, yang hanya tersimpan sebagai bingkai memori yang akan terus terpajang di atas logikaku, atau mundur ke belakang, berharap kau akan kembali kesisiku seperti sebelumnya, memelukku, menciumku dan membuat jantungku berdebar setiap harinya.
Aku seperti sedang tersesat, tidak tau kemana tujuanku terhadapmu, dan membuatku tidak bisa melarikan diri dari situasi ini.
Sampai aku mencapai sebuah keputusan terberat untuk menghadapi perpisahan diantara kita. Aku berjalan lurus kedepan, semakin berat langkah yang kutempuh, kakiku tidak sanggup lagi untuk meneruskan langkahku, sakit, terlalu sakit.
Bayanganmu kembali melintas didepan mataku, senyum indahmu yang membuatku semakin tidak bisa untuk meninggalkanmu. Aku berbalik perlahan, seperti ada jiwa yang tertinggal dari diriku.
Banyak perasaan yang perlahan-lahan membangun, banyak kenangan yang perlahan-lahan terisi dalam album memori kisah kita berdua.
Perlahan-lahan, aku akan melupakanmu sedikit lebih perlahan-lahan. Agar aku, juga kau, tidak ada yang terlalu tersakiti.


Ini hanya mimpi, menyadarkanku akan suatu pilihan yang akan menentukan bagaimana diriku di kemudian hari. Sebuah pilihan terberat, dan aku harus melakukannya  dengan perlahan. Aku harus membiasakannya mulai dari sekarang, membiasakan diri tanpamu.
Dalam mimpi aku sudah terbiasa untuk tenang, aku siap untuk perpisahan kita. Walaupun di dalam mimpi pun hatiku tidak bisa sepenuhnya melepaskanmu, tepat ketika aku mencapai keputusan untuk melupakanmu.

Ketika aku membuka mata, hari berganti tanpa terasa. Tidak peduli apakah hari ini adalah hari Kamis atau Minggu, sekarang bahkan waktu berputar begitu cepat. Aku tidak menyadari apapun tentang hal-hal di luar, bahkan disekelilingku, di tempat yang sama seperti sebelumnya.

Kau harus sama sepertiku, harus baik-baik saja dengan semua yang kau lakukan dan kau rasakan. Dengan begitu kau akan mudah melupakanku perlahan, seperti aku mencoba melakukan hal yang sama terhadapmu.
Kemudian meletakkan semua kenangan kita di tempat yang indah, tidak peduli bagaimana aku mencari kembali kenangan itu, tempat dimana aku tidak bisa melarikan diri sama sekali, terperangkap didalam hatimu.

Aku berdiri di depan rumahmu, memori kembli terlintas akan semua yang pernah kita lakukan di tempat ini. Aku gila karna dirimu yang tidak berhenti mengembangkan senyum hangat padaku.
Ingin sekali lebih mendekat, menuju bayanganmu yang masih tersenyum disana. Namun kakiku seolah tersangkut kawat berduri hingga tidak bisa kugerakan kemana-mana. Lemas, seperti tidak memiliki kaki unuk berjalan, aku bahkan lupa bagaimana mengagkat kaki dengan benar, lumpuh, aku tidak bisa menghampirimu.
Apa kau melarangku? Apa kau yang tidak mengizinkanku untuk lebih mendekat? Setidaknya biarkan aku mengenang sekali lagi, terakhir kali aku bisa melihat bersama-sama denganmu.

Warna bening itu keluar lagi, tidak bisa terhalang. Aku bahkan sulit bernafas karna ini terlalu sesak, mataku memanas, kepalaku berputar. Mengapa? Mengapa hanya melupakanmu sedikitpun harus merasa sakit seperti ini?
Meskipun aku mencoba menahannya, mencoba memikirkan hal-hal tanpamu, hal-hal yang aku lakukan bersama orang yang itu tidak ada kaitannya sama sekali denganmu, dengan maksud agar aku tidak teringat akan sakit ini lagi. namun semuanya seperti sia-sia, tidak membantu sama sekali,  kau begitu mendominasi bukan hanya di hatiku, tapi kau juga memenuhi isi otakku.

Silau, tumbuh di depan mataku, air mataku secara bertahap menggenang, melewati pipi dan akhirnya terjatuh dalam resapan tanah yang begitu kuat, tidak berbekas lagi.
Satu satunya jalan, aku harus melupakan sedikit demi sedikit kenangan kita, perlahan-lahan.
Melakukan dengan perlahan-lahan agar sakit itu tidak terlalu ketara.
Perlahan-lahan.
Andante....
Kyuhyn-ah...

-FINAL-

Maaf hanya sedikit, mencoba mengadaptasi dari lagu favorit saya..
Dan maaf jika hasilnya biasa-biasa saja, maklum baru belajar. Hihi..
Fighting ‘-‘)9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar