FanFiction

Fanfiction / Dream Love


Tittle      : Dream Love
Author  : Zen ( http://www.facebook.com/zen.r.ikki )
Rating   : T
Genre   : angst
Happy reading
.
.
.

December  31th 2012    at 8.41PM

                Tempatku berpijak telah runtuh seketika.  Tidak ada yang perlu kulakukan selain diam, aku takut.. aku takut akan terjatuh nantinya.

Bukankah itu pasti akan sakit? Aku tidak ingin, sungguh. Itu pasti sangat menyakitkan. Atau bisa saja aku hancur saat itu juga.

Bisa kau bayangkan aku berada dimana sekarang? Ya, tempat ini sangat tinggi, teramat sangat tinggi. Siapapun tidak akan bisa menjangkauku.

Tapi kau, hyung..  kau barusaja memukul tempatku berdiri, menggoyahkannya seolah-olah kau tidak tau menau bahwa aku ada diatasnya, diatas menara yang teramat tinggi buatan kita. Ani ani!! Bukan kita.
Aku barusaja menyadari bahwa itu bukan kita, bukan aku dan kau, hyung. Tapi hanya aku, seorang diri.

Hyung, kau tau? Aku sangat belum siap. Aku tidak ingin jatuh sekarang. Setidaknya, biarkan aku membuat beberapa lubang-lubang kecil agar aku bisa turun dengan perlahan. Bisakah aku turun tanpa luka? Atau jika kaurasa itu terlalu lama, aku hanya perlu seutas tambang agar aku tidak semudah itu untuk jatuh. Atau jika itu masih kurang cepat, kau bisa memberiku obat bius berdosis tinggi agar aku tidak merasakan sakit sama sekali saat jatuh nanti.



Seoul, December 30th 2012         11.55PM

Sungmin hyung, bukan aku. Kau juga harus baik-baik saja.

“Kyuhyun-ah!! Apa yang kau.... ishhh! Kembalikan! Ppali....”

Dia bodoh atau bagaimana? Aku benci saat Sungmin hyung mulai mabuk lagi seperti itu. Masalah kemarin? Fine! Bukankah seharusnya aku yang seperti itu? Sekarang siapa yang gila eoh?
Tidak segan aku mengambil gelas dan botol pada genggamannya. Ada 3 botol kosong di meja, cukup berhasil untuk membuat seseorang hampir kehilangan kesadarannya.

“Kembalikan.. pabo!”

Aku tidak peduli, Sungmin hyung tidak boleh mabuk lagi. Terakhir kali dia mabuk saat dia tidak sengaja menghilangkan semua handphone dan dompet beserta isinya. Sedikit toleransi dari itu. Tapi kali ini? Apa aku yang harus bertanggung jawab? Hey! Ini bukan sepenuhnya salahku. Bukankah dia yang membuat keputusan semuanya?
Sungmin hyung, aku sudah gila sekarang. Tolong jangan membiarkanku semakin gila atau mungkin kehilangan seluruh kewarasanku hanya karena sikap bodohmu ini.

“Hyung.. bukan seperti ini”
“Lalu seperti apa hah?”
“Jangan seperti ini lagi, jangan mabuk, pedulikan kesehatanmu.”
“Haha.. bahkan kau masih peduli padaku..”
“itu salah!”
“Salah? Lalu aku harus bagaimana? Tunjukan padaku yang benar! Tunjukan padaku Kyu!”
“Tapi bukan dengan cara kau mabuk seperti ini! Minuman itu bukan pelampiasan hyung. Kau hanya perlu diam dirumah. Memperbaiki hidupmu. Bukan semakin memperburuk keadaanmu sendiri! Bahagia dan selalu menunjukan senyummu untuk semua orang. Dimana Sungmin hyungku yang dulu? Bukan Sungmin hyung yang seperti ini. Aku bahkan hampir tidak mengenalmu jika aku tidak sepenuhnya membuka mata. Sadarlah hyung, kau seharusnya tau siapa yang lebih terpuruk!”

Sungmin hyungku, menangis.

Mianhae...


Seoul,  January 1st 2012     5.34AM

Matahari sudah datang, sedikit berkas cahaya di arah timur. Namun hangat sinarnya tidak bisa merasuk kepada segerombolan pemudi dan anak-anak manis yang sedang berjalan menuju gereja. Semua orang tau mengapa banyak orang-orang yang berlalu lalang dan dengan sibuknya melewati jalan yang tebal dengan hamparan salju.

Hanya saja... berbeda denganku. Bukannya tidak peduli dengan itu, percayalah bahwa aku anak Tuhan yang baik. Jika tidak menemani orang yang berada disampingku sekarang, orang yang sukses membuat aku tidak tidur semalam, orang yang... tidak merepotkan sih, tapi saat ada sedikit waktu saja untuk terpejam, dia dengan gamblangnya berteriak meminta air putih. Dan itu tidak hanya sekali. Mungkin semua hitungan pada jari tanganku pun kurang.

Kau tanya siapa huh? Tentusaja orang yang mabuk semalam.
Benar, Sungmin hyungku.

 Dia kehilangan kesadaran setelah menangis, kupastikan saat terbangun nanti matanya tidak akan kalah dengan panda. Kantong-kantong matanya pasti tebal.

6.30AM

Sungmin hyung belum juga terbangun. Aku berada di muka tempat yang ia tiduri.
Kuusap rambut yang menutupi keningnya, kusingkirkan beberapa helaian rambut yang menutupi alis kirinya.
Tetap saja kau namja termanis yang pernah ku kenal hyung. Tapi, kau bukan milikku lagi sekarang.

Sedikit mengerang dan mencoba membuka  matanya. Sungmin hyung sudah bangun rupanya. Bahkan dengan wajah seperti itupun dia masih terlihat manis.

“eunggh... air putih... aku haus”
Kurasa dia belum benar-benar sadar dari sisa-sisa mimpinya.

Tidak perlu diperintah dua kali, tubuhku langsung dengan cekatan untuk mengambilkannya air putih. Kubantu mengangkat kepalanya dan menimang gelas itu dengan tanganku.
Kulakukan itu dengan sangat pelan.

“Gomawo.. eh? Bukankah ini rumahmu Kyu, mengapa aku bisa disini?”
Dia benar-benar tidak tau rupanya.

Aku mengembalikan gelas yang dia gunakan tadi. Tidak sama sekali mendengarkan apa yang dia katakan. Bukannya aku tidak bisa mendengar, hanya saja... entahlah, hatiku yang membawaku kesini  –dapur- .

Dia juga tidak protes sama sekali dengan apa saja yang aku lakukan. Sedari tadi –setelah dia bangun-  aku hanya menyibukkan diri di dapur. Entah itu membersihkan rak, mencuci piring yang bahkan sudah kucuci sekalipun, memasak air walaupun itu sudah matang, hanya melakukan hal-hal bodoh agar aku tidak bertemu dengannya.

Menghindar?

Bisa dibilang begitu. Jika bukan seperti itu, aku tidak tau lagi harus dengan cara yang bagaimana.
Aku masih belum siap sebenarnya.


Sungmin hyung pergi ke kamar mandi, dia hafal benar tempatnya. Karena sebelum ini, kami bahkan hampir setiap hari tinggal disini. Diarumah kecilku.
Melewatiku dan berhenti sebentar, melihatku dengan tatapan yang....  seperti meminta sesuatu. Aku buru-buru kembali menyibukkan tanganku dan membelakanginya. Aku tidak tau ekspresi apa yang dia keluarkan kemudian, karena yang kutahu dia sudah tidak berada disitu.

Sepuluh menit tidak lama kurasa, dia kembali dari kamar mandi dengan wajah yang sedikit segar daripada yang kulihat saat dia barusaja bangun tadi.
Dia melewatiku lagi, seperti halnya tadi, aku dengan sigap membelakanginya dan kali ini mencuci gelas yang digunakan Sungmin hyung . Uhh.. gelas penyelamat.

Tidak kudengar ada langkah menjauh, tapi justru ada langkah mendekat. Benarkah Sungmin hyung? Jika bukan dia tidak mungkin itu hantu kan?
Ya Tuhan, aku berdebar. Dan benar, itu dia.

“Kyu... kau sedang apa? Apa kau sedang memasak sesuatu? Ah... jika memasak, kau bisa mengandalkanku.”

Dia bahkan masih bisa tersenyum.

“Tidak, pergilah”

Setidaknya aku sudah jujur karna memang aku tidak benar-benar sedang memasak.

“Aku lapar Kyu, ayo kita memasak dan memakan sesuatu. Kau punya apa di kulkas?”

Dia menarik tanganku, seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan es krim.

“Aku sudah makan, gomawo”
“heumm.. sudah ya. Kalau begitu menemaniku saja bagaimana? Kau hanya perlu duduk dan melihatku memasak. Bukankah dulu kau sangat suka dengan aroma masakkanku Kyu? Walaupun itu memang masih belum matang.”

Hatiku sakit entah mengapa. Dia menyebutkan tentang memori saat kita masih bersama. Tidakkah dia sadar jika aku dan dia sudah berpisah?

“aku sibuk, maaf.”

Aku sudah akan pergi.

“Kyu, hari ini ulang tahunku.”

Aku ingat hyung, aku ingat jelas itu. Bahkan sebelum hari ini pun aku sudah memiliki tanda sediri tentang ulang tahunmu, bukan saja kuingat, aku menyimpannya dalam hati.

“Benarkah? Saengil chukka hamnida.”

Aku bersumpah, aku benar-benar berperang dengan perasaanku sendiri. Sangat sulit untuk mengucapkan kalimat itu, sulit sekali.
Maaf hyung, kau pasti terkejut sekarang.
Dan benar, Sungmin hyung sukses membuka matanya dengan sangat lebar, menatapku dengan tatapan tidak percaya sama sekali.

“Aku tidak ingin ucapan seperti itu, Kyu.”
“Mianhae”
“Kau kenapa sih?”

Kenapa? Kau tanya kenapa? Babo! Itu karnamu. Dan itu sudah sangat jelas.

“Aku lelah, pulanglah. Eommamu pasti sudah memberimu kejutan”
“K-kau mengusirku?”
“Ani, aku hanya sedang ingin sendiri.”
“Aku akan tetap disini sebelum kau mengatakan kenapa. Kau tidak seperti biasanya, Kyuhyunku tidak seperti itu. Tidak apa-apa jika aku tidak mendapatkan ucapan ulang tahun darimu. Tapi setidaknya, kau jangan seperti itu. Aku akan tetap disini!!”
“terserah kau saja hyung”

Aku bersiap akan pergi, mengambil mantel bulu di sisi tempat tidurku dan segera meninggalkannya.
Awal tahun ini tidak pernah akan kulupakan walaupun akan menjadi tahun baru terburuk sekalipun.

Tidak ada tujuan, aku pergi mengikuti langkah kakiku, tidak peduli lagi dengan bibirku yang mulai memucat.  Hanya tidak ingin melihatnya berada disisiku lagi. terlalu egois? Memang begitu.
Terlalu sakit hyung.

Aku berhenti didepan sebuah gereja, tidak terlalu ramai memang. Hanya sekelompok pemudi yang sedang berlalu lalang akan berlatih paduan suara.
Aku heran, apa Tuhan sedang menegurku dengan kakiku sendiri? Aku melangkah hingga sampai disini tanpa sadar. Tapi bukankah aku anak baik? Aku taat agama dan yakinlah aku tidak memiliki dosa yang terlalu besar.
Memasuki gereja, mengambil duduk di salah satu sudut kursi disana. Memang masih sepi, namun sebagian hiasan-hiasan natal yang masih terpajang tak sedikitpun terlewatkan satupun dari mataku, walaupun natal memang sudah berlalu beberapa hari yang lalu. Aku mengepalkan tangan di depan dadaku, memejamkan mata dan sedikit menundukkan kepala.

Tuhan, terima kasih untuk udara yang kau berikan sampai hari ini,terima kasih untuk sudah mengizinkanku hidup hingga detik ini.
Sungmin hyung, hari ini dia ulang tahun, berilah umur yang panjang serta berkati dia setiap hari Tuhan.
Buatlah dia selalu tersenyum, jangan berikan sedikitpun duka yang akan membuatnya sedikit saja mengeluarkan air mata kesedihan, aku sungguh tidak ingin membuatnya menangis.

Aku membuka mataku seketika, seperti ada sengatan jutaan volt listrik yang menyerang tubuhku. Lemas, dan aku baru menyadari sesuatu.

Tuhan, maafkan aku, aku tau hingga kau membuatku sampai disini. Aku menyadari betapa besar kesalahan yang kuperbuat.
Aku... aku telah melewati aturanmu. Maafkan aku Tuhan, kau juga tau bagaimana aku benar-benar mencintainya. Tidak wajar memang, tapi... bagaimana lagi, aku benar-benar tidak bisa.
 Tidak bisa untuk tidak mencintainya. Lee Sungmin, seorang namja, dan aku tidak berbeda dengannya.
Tuhan, jika memang ini yang kau sebut takdir, takdir untuk tidak bersamanya, takdir karna itu bukan sesuatu yang bisa kau terima, takdir untuk semua hal yang kau larang, aku akan berusaha untuk menaatimu. Tapi tidak untuk sekarang, ini terlalu sulit, dan aku tidak tau lagi bagaimana memecahkannya.

Sial, air mata bodoh ini justu keluar. Aku pasti tidak akan menyesalinya kan?

Tuhan, kuserahkan semuanya padamu. Tentang bagaimana kehidupanku kelak, tentang hubunganku dengan Sungmin hyung di kemudian hari, entang segalanya. Aku percaya kau selalu berada menyertaiku, disampingku. Bukankah aku juga termasuk salah satu jemaat yang taat padamu?
Ku hembuskan nafasku sangat panjang, hening, tidak ada siapapun lagi.
Aku masih ingin disini, tidak mau pulang.
Aku menggelengkan kepalaku keras, kemudian menekuk kedua tanganku, kutaruh diatas meja dan menelusupkan kepalaku diantaranya.
Aku bernyayi dalam hatiku, entah lagu apa yang kunyanyikan hingga aku terhanyut kedalam lagunya. Menikmati setiap lirik lagu yang ada didalamnya, sangat lembut dan menenangkan.

Aku keluar dari gereja dengan tergesa-gesa, perasaanku sangat tidak tenang, tanganku tidak berhenti bergetar, kakiku bahkan sudah lemas.
Aku hanya menghawatirkan satu orang, Sungmin hyung, apa dia baik-baik saja?

Kubuka pintu rumahku dengan mudahnya, karena aku tahu pintu itu tidak terlalu sepenuhnya tertutup.

Ada apa? Mengapa banyak sekali orang disini? Apa Sungmin hyung sedang merenovasi rumahku? Itu pasti tidak mungkin. Apa Sungmin hyung sedang membeli banyak barang disini? Tapi untuk apa sedangkan aku sedang tidak memerlukan apapun untuk perlengkapan rumahku.
Aku tau walaupun rumah ini tidak terlalu besar, tapi semua peralatan yang ada sudah cukup membantu semua pekerjaan rumahku.
Lalu itu siapa yang berteriak? Apa Sungmin hyung sedang berpesta? Ah iya, pabo! Pabo!
Bukankah hari ini adalah ulang tahunnya? Dia pasti mengundang teman-temannya. Baiklah, anggap saja aku menyumbang tempat –rumahku-.
Tapi aku tidak mendengar sedikitpun lagu selamat ulang tahun yang dinyanyikan, aku tidak mendengar orang untuk menyuruh Sungmin hyung meniup lilin atau memotong kue disana, aku juga tidak mendengar suara tawa khas Sungmin hyung, tidak mendengar musik dansa, tidak mendengar pecahan balon yang mungkin tidak sengaja pecah, aku tidak mendengar semua itu.
Aku berniat sedikit melihat, tidak ikut berbaur.

Deg..

Ya Tuhan.. Sungmin hyung..

Aku menyusuri mencoba memaksa masuk diantara kerubunan orang disana. Sungmin hyung, wajahnya putih pucat diatas ranjang yang dipakai tidur sejak semalam, tangannya bersimpuh darah di pergelangannya, sebagian menetes di lantai dan banyak sekali berceceran di sprei putihnya.

“K-Kyuhyun-ssi”
Tidak kupedulikan sama sekali, siapapun itu.

“Sungmin hyung... Lee Sungmin.. kumohon bangunlah.. jebal”
Kenapa begitu banyak orang yang berada disini tidak melakukan apapun eoh? Semuanya bodoh atau bagaimana sebenarnya! “tolong panggil Ambulan!!” semuanya masih terpaku ditempat masing-masing.
“APA KALIAN TIDAK DENGAR!! TOLONG PANGGILKAN AMBULANCE!!” aku sangat geram pada semua orang-orang yang ada disini. Kenapa tidak ada yang sedikitpun peduli dengan keadaan Sungmin hyung.

“Kyuhyun-ssi.. m-mianhae.. kau sudah terlambat”
“Apa maksudmu terlambat hah? Dia masih bisa....” aku menoleh ke arah Sungmin hyung yang sudah tidak berdaya.
“Sungmin hyung... pabo!! Kenapa kau lakukan ini sih? Apa yang ada di fikiranmu sebenarnya”
Aku mengusap wajahnya pelan, dari kening, pelipis, kemudian berakhir di pipi kirinya.
Aku memejamkan mataku sejenak, membiarkan beberapa airmata jatuh tepat di lengannya atasnya.
Aku terisak, tidak meyakini sama sekali apa yang Sungmin lakukan hingga sampai seperi ini.
Maafkan aku hyung, maafkan aku karna aku berubah sejak tadi pagi. Aku, tetap mencintaimu, dan akan mencintaimu hingga akhir.


Sudah semakin sepi, baru sejak beberapa menit yang lalu acara pemakaman sudah selesai dilakukan. Sungmin hyung sudah damai disana. Aku meratapi nisan yang berada di depanku, masih tidak yakin.

Seseorang menjajariku, mengusap munggungku perlahan. Itu Appa Sungmin.
“Aku siap Anda bunuh kapan saja, ahjussi. Anda pasti juga tau mengapa putramu seperti ini, ya! Aku bersedia bertanggung jawab. Aku rela Anda menghabisi nyawaku detik ini juga”
“Kyuhyun..”
“Ne, lakukan dengan cepat dan makamkan aku disini, disamping makam Sungmin hyung, lakukan sekarang ahjussi”
“Kyu.. bukan-“
“Atau anda ingin menyakitiku terlebih dahulu? Aku juga bersedia sekalipun aku menjadi gelandangan di kota ini, aku bersedia dengan semua yang akan Anda lakukan, mengurungku di tempat yang kumuh atau bersama bangkai-bangkai hewan keji bersamanya”
Dia memelukku dari samping “Bukan begitu nak, Sungmin menitipkan ini untukmu”
Dia memberiku sebuah gulungan surat dengan pita berwarna merah. Aku mulai membuka dan membacanya perlahan,s ementara Appa Sungmin hyung yang sudah tidak berada disampingku lagi.

“Kyu.. maafkan aku, aku harus melakukan ini. Aku tidak tau lagi jalan untuk keluar dalam situasi ini. Appa... dia sudah menentukan menantunya, aku tidak mau Kyu.. aku tidak mau!!
Kyuhyun-ah, maafkan aku dengan keputusan kemarin, keputusan bahwa kita tidak bisa bersama dengan hubungan kita, aku sungguh minta maaf.
Kau tau kenapa aku melakukan ini? Ya.. aku tidak ingin menyakitimu terlalu dalam, aku tidak ingin jika suatu nanti aku bisa menuruti kata Appa, lalu.. ah.. aku tidak bisa membayangkan dengan jelas dengan apa yang akan kau lalukan nanti.
Aku bingung Kyu, aku sudah putus asa, apalagi dengan sikapmu tadi pagi yang itu sangat membuatku tidak nyaman, maafkan aku.. aku emmutuskan hubungan kita dengan sangat mendadak, tanpa kau ketahui sebelumnya.
Satu hal yang harus kau tau, aku mencintaimu Kyu, mencintaimu sangat! Bahkan aku melakukan ini karna aku lebih mencintaimu. Ini cara yang salah memang, nanmun tidak ada jalan lain..”
Aku menghentikan sejenak, air mataku tidak berheti turun membasahi beberapa taburan bungan dan akhirnya hilang diresap tanah.
“Jangan menangis, lanjutkan hidupmu yang akn lebih indah dari ini, arra!”
“Pabbo!! Bagaimana aku bisa hidup dengan baik setelah kehilangan jiwaku hah!” aku mengumpat.
“Berjanjilah untuk terus memberiku doa”
Aku mengangguk dan melanjutkan lagi.
“Kyu, aku mencintaimu. Sampai kapanpun akan mencintaimu. Hanya kau Kyu, tidak orang lain, Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu”
“Aku juga mencintaimu hyung.. i love you more”
“jangan menangis.. kau jelek!!”
Aku tersenyum, juga tidak bisa menyembunyikan isakanku. “saranghae... dari Sungmin yang mencintaimu sampai mati”

Aku meremas sedikit surat ini, menangis semakin kencang dan memeluk nisannya.
Tanpa kusadari, ada seseorang yang memlukku dari belakang, aku menoleh dan..
Sungmin hyung?  Dia tersenyum sangat manis, membenamkan kepalanya diantara pundak dan leherku.
Aromanya menyeruak dengan sangat jelas di hidungku. Namun saat aku menoleh, dia sudah bangkit dari tempatnya semula, dia melepaskan pelukannya, beranjak menjauh dariku.
“Hyung.. kau mau kemana? Jangan pergi hyung..”
Dia menggeleng, kemudian naik seperti terbang.
“hyung... Sungmin hyung.. Sungmin hyung...”

“Lee Sungmin.. Sungmin hyung.. Sungmin hyuuuunnggg!!!”
“Kyu.. Kyuhyun-ah!”

Aku tersentak, dimana aku sekarang? Menagpa ini bukan... ini bukan pemakaman!
“Ah.. syukurlah kau sudah bangun..” Suara itu.. jelas sekali, teramat jelas. Sungmin hyung.
“H-hyung?”
“Aisshh.. aku mencarimu kemana-mana. Beruntungnya anak kecil di persimpangan tadi tau keberadaanmu, aku menanyai banyak orang kau tau? Mengapa ke gereja tidak mengajakku sih!” dia memajukan bibirnya.
“Kau benar Sungmin hyung? Maksudku, kau masih hidup?”
“Yak!! Apa yang kau bicarakan.. mengigau eoh?”
“ Sungmin hyung... aku mencintaimu.. mian- mian soal kelakuanku tadi pagi. Aku mencintaimu hyung, kumohon jangn tinggalkan aku.” Aku memeluknya erat.
“eh?”
“Kumohon jangan tinggalkan aku diluar dunia ini, ani1 kau harus tetap berada bersamaku. Aku tidak ingin kehilanganmu hyung, itu sangat menyakitkan.”
Dia mengusap punggungku menenangkan.
“Akupun begitu Kyu..” kemudian juga memelukku.


-END-

Maaf, ini ffnya jelek dan berantakan sekali.
Aku tidak tau apa ini terlalu panjang atau masih kurang panjang (2687 word), yang jelas, ini hanya ide gila-gilaanku saja.
Please like and review ne?
Gomawo~~

Zen..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar